Laman

Senin, 07 November 2016

Puisi Gabriela Mistral

GAMBAR BUMI

Tak pernah kulihat gambar bumi sesungguhnya.
Bumi seperti seorang perempuan dengan seorang anak
di tangannya (dengan ciptaan lain di lengannya yang besar).

Kini rasa keibuan benda-benda kukenal.
Gunung yang memandang ke arahku juga seorang ibu dan pada petang hari kabut bermain-main
bak seorang anak di sekeliling bahu dan lututnya.
Kini kuingat sebuah celah di lembah.
 Di tempat yang dalam berceruk sebuah arus menyanyi,
tersembunyi dalam tumpukan kacau bebatuan dan semak belukar.
Aku seperti celah itu:
 Aku merasa dalam lubuk diriku anak sungai kecil ini sedang menyanyi, dan aku berikan dagingku kepadanya untuk menutupi bebatuan dan semak belukar sebelum ia bangkit menyambut cahaya.

GABRIELA MISTRAL
BENIH

(1)
Tidurlah anakku, bak benih
Saat disemai
Pada hari berbenih
Atau pada bulan-bulan gelap

Tidurlah lubang kecil buah ceri
Secebis rasa asing
Matahari hangat — buah aneka warna
Dan pipi kuning Sindbad

Tidurlah seperti hikayat lama
Yang bikin orang tertawa dan menjerit
Demikian kau benda alit
Namun tak sepele

(2)
Kau mahluk mungil yang memantulkan
Benda-benda besar di cerminmu
Dada penuh sinar bulan
Berpendaran di ladang-ladang bajakan

Tangan pada dayung
Kayu pohon keras
Anak panah bagi bukit-bukit
Tempat burung derkuku diburu

Tidurlah, ahli waris pelayaran
Agung di lautan luas
Anak petualang purba
Columbus dan Jengis Khan

Ahli waris pemuja
Keagungan manusia dan dewa-dewa
Dan wajah Almasih
Yang membelah roti dan ikan.

GABRIELA MISTRAL
TIDUR

Tubuhku membuai
Mengayun anakku
Aku memintal seluruh dunia
Dengan getaran hidup

Dunia, di tangan wanita
Pemintal tenun ini
Mulai berubah
Menjadi kabut putih

Bentuk dunia
Muncul dalam kamarku
Melalui kayu perabot dan gelas
Menutupi ibu dan anak

Inilah bukit sesungguhnya
Dan sungai
Yang selalu dicipta
Dan selalu dilahirkan

Aku membuai dan membuai
Dan memandang lenyapnya
Sesuatu yang peka sekali
Tubuh yang mereka berikan kepadaku

Kini kulihat pula
Buaian atau anak
Di tangannya dunia
Hilang dalam kegelapan

Aku menjerit kepada-Nya yang memberiku
Dunia dan anakku
Dan kubangunkan diriku
Dalam jeritanku.

GABRIELA MISTRAL
NATAL ORANG INDIAN

Ibu tanpa hadiah Natal
Besar atau kecil di mana pun
Bermimpi tengah malam
Kuberikan anakku separoh telanjang

Tinggi antara tanggul-tanggul keras
Di udara pegunungan Andes
Hadiah yang kuberikan
Hanya anakku separoh telanjang

Angin dari La Puna
Yang menjerit begitu kuat
Tak punya jeritan seperti jerit
Anakku separoh telanjang

Tuhan melihat semua
Demi Dia inilah bagianku
Di Malam Kudus kupersembahkan
Anakku separoh telanjang.

GABRIELA MISTRAL
KEPADA SUAMIKU

Suami, jangan peluk aku. Kau yang membuatnya bangkit dari kedalaman
diriku bagai sekuntum lili air. Biarkan aku seperti air dalam.

Cintai aku, cintai aku lebih meruah lagi! Aku, yuang begitu kecil ini ingin
menyalin wajahmu di jalan-jalan raya. Aku, yang begitu hina, akan memberi
mata lain, bibir lain, yang melaluinya kau dapat menikmati dunia.
Aku yang begitu lemah akan membelah diriku hingga cerai berai demi cinta
bagaikan sebuah kendi pecah, agar anggur hayat dapat mengalir.

Mafkan aku! Aku berjalan begitu janggal, amat janggal melayani gelasmu.
Tetapi kau memenuhiku seperti ini dan memberiku rasa asing ini
yang dengannya aku bergerak di antara benda-benda semata.

Perlakukan aku lebih lembut. Jangan gerakkan darahku dengan kasar,
jangan ganggu nafasku.

Kini aku hanya sehelai cadar, seluruh tubuhku cadar
yang di dalamnya
seorang bocah tidur.


0 komentar:

Posting Komentar

 

El-Senja's Blog Copyright © 2010 | Designed by: compartidisimo