GAMBAR BUMI
Tak pernah kulihat gambar bumi sesungguhnya.
Bumi seperti seorang perempuan dengan seorang anak
di tangannya (dengan ciptaan lain di lengannya yang besar).
Kini rasa keibuan benda-benda kukenal.
Gunung yang memandang ke arahku juga seorang ibu dan pada petang hari kabut bermain-main
bak seorang anak di sekeliling bahu dan lututnya.
Kini kuingat sebuah celah di lembah.
Di tempat yang dalam berceruk
sebuah arus menyanyi,
tersembunyi dalam tumpukan kacau bebatuan dan
semak belukar.
Aku seperti celah itu:
Aku merasa dalam lubuk diriku anak
sungai kecil ini sedang menyanyi, dan aku berikan dagingku kepadanya
untuk menutupi bebatuan dan semak belukar sebelum ia bangkit menyambut
cahaya.
GABRIELA MISTRAL
BENIH
(1)
Tidurlah anakku, bak benih
Saat disemai
Pada hari berbenih
Atau pada bulan-bulan gelap
Tidurlah lubang kecil buah ceri
Secebis rasa asing
Matahari hangat — buah aneka warna
Dan pipi kuning Sindbad
Tidurlah seperti hikayat lama
Yang bikin orang tertawa dan menjerit
Demikian kau benda alit
Namun tak sepele
(2)
Kau mahluk mungil yang memantulkan
Benda-benda besar di cerminmu
Dada penuh sinar bulan
Berpendaran di ladang-ladang bajakan
Tangan pada dayung
Kayu pohon keras
Anak panah bagi bukit-bukit
Tempat burung derkuku diburu
Tidurlah, ahli waris pelayaran
Agung di lautan luas
Anak petualang purba
Columbus dan Jengis Khan
Ahli waris pemuja
Keagungan manusia dan dewa-dewa
Dan wajah Almasih
Yang membelah roti dan ikan.
GABRIELA MISTRAL
TIDUR
Tubuhku membuai
Mengayun anakku
Aku memintal seluruh dunia
Dengan getaran hidup
Dunia, di tangan wanita
Pemintal tenun ini
Mulai berubah
Menjadi kabut putih
Bentuk dunia
Muncul dalam kamarku
Melalui kayu perabot dan gelas
Menutupi ibu dan anak
Inilah bukit sesungguhnya
Dan sungai
Yang selalu dicipta
Dan selalu dilahirkan
Aku membuai dan membuai
Dan memandang lenyapnya
Sesuatu yang peka sekali
Tubuh yang mereka berikan kepadaku
Kini kulihat pula
Buaian atau anak
Di tangannya dunia
Hilang dalam kegelapan
Aku menjerit kepada-Nya yang memberiku
Dunia dan anakku
Dan kubangunkan diriku
Dalam jeritanku.
GABRIELA MISTRAL
NATAL ORANG INDIAN
Ibu tanpa hadiah Natal
Besar atau kecil di mana pun
Bermimpi tengah malam
Kuberikan anakku separoh telanjang
Tinggi antara tanggul-tanggul keras
Di udara pegunungan Andes
Hadiah yang kuberikan
Hanya anakku separoh telanjang
Angin dari La Puna
Yang menjerit begitu kuat
Tak punya jeritan seperti jerit
Anakku separoh telanjang
Tuhan melihat semua
Demi Dia inilah bagianku
Di Malam Kudus kupersembahkan
Anakku separoh telanjang.
GABRIELA MISTRAL
KEPADA SUAMIKU
Suami, jangan peluk aku. Kau yang membuatnya bangkit dari kedalaman
diriku bagai sekuntum lili air. Biarkan aku seperti air dalam.
Cintai aku, cintai aku lebih meruah lagi! Aku, yuang begitu kecil ini ingin
menyalin wajahmu di jalan-jalan raya. Aku, yang begitu hina, akan memberi
mata lain, bibir lain, yang melaluinya kau dapat menikmati dunia.
Aku yang begitu lemah akan membelah diriku hingga cerai berai demi cinta
bagaikan sebuah kendi pecah, agar anggur hayat dapat mengalir.
Mafkan aku! Aku berjalan begitu janggal, amat janggal melayani gelasmu.
Tetapi kau memenuhiku seperti ini dan memberiku rasa asing ini
yang dengannya aku bergerak di antara benda-benda semata.
Perlakukan aku lebih lembut. Jangan gerakkan darahku dengan kasar,
jangan ganggu nafasku.
Kini aku hanya sehelai cadar, seluruh tubuhku cadar
yang di dalamnya
seorang bocah tidur.
Senin, 07 November 2016
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar